Minggu, 26 Maret 2017

Boikot Inul Daratista

Seharian #BoikotInulDaratista menjadi trending topic di Twitter. Secara berulang para netizen men-tweet atau me-retweet tagarBoikotInulDaratista sehingga #BoikotInulDaratista menjadi trending topic. Mengapa gerakan boikot Inul Daratista menjadi trend di Twetter, bahkan juga trend di facebook dan whattaps? Semata-mata reaksi spontan atas tulisan pemilik joget ngebor di Instagram yang isinya menghina ulama.


Ketidakhadiran Inul sebagai juri DA4 di Indosiar pada minggu malam (26/3), mungkin dampak dari kecerobohan Inul memposting tulisan yang menyinggung banyak umat Islam itu. Bisa saja nasib Inul serupa komedian Uus yang melakukan tindakan yang hampir sama, pada akhirnya diberhentikan dari program TV yang dibawakannya.

Banyak netizen mengecam tulisan "kasar" Inul tersebut, sehingga para netizen mengungkit-ungkit sejarah Inul di dunia hiburan yang sempat ditolak banyak pihak karena goyang seronoknya, Banyak juga yang menasehati Inul agar berhati-hati menulis sesuatu. 

Sabtu, 25 Maret 2017

20 Tahun jadi Guru

Bulan Maret tahun 2017 ini genap 20 tahun saya diangkat menjadi guru pegawai negeri. Sebuah profesi yang kini banyak diburu kaum muda, karena secara finansial dianggap cukup menjanjikan bagi skema penghidupan yang layak untuk membiayai kehidupan keluarga. Sertifikasi telah mengubah pandangan banyak lulusan SMA tentang profesi guru. Guru yang dulu dipandang sebagai profesi marjinal dan tidak menjanjikan masa depan mulai dianggap profesi "gagah" dan dapat mengangkat nilai diri.

Menjadi guru, selama 20 tahun, saat teman yang lain sudah banyak yang beralih menjadi pengawas, kepala sekolah, atau pindah ke jabatan struktural, sering menggoda batin saya untuk mencoba tantangan lain di luar guru. Sebenarnya, saya masih "enjoy" menjalani takdir menjadi guru ini, namun sebagai manusia biasa, rentang dua puluh tahun itu kadang memunculkan pola aktivitas yang flat

Ketika intropeksi terhadap kompetensi diri, kadang muncul rasa tidak percaya diri menjadi "sesuatu" di luar guru. Melihat tugas berat kepala sekolah, muncul rasa takut tidak mampu bila benar-benar ditakdirkan jadi kepala sekolah. Juga jadi pengawas, atau di posisi lain, sama saja sering membuat tidak percaya diri.

Biarlah, untuk saat ini saya akan menjalani takdir untuk membagi ilmu di ruang-ruang kelas, dan berharap menumbuhkan anak-anak cerdas yang berkarakter baik. Jika Allah SWT, hanya memilihkan "guru" sebagai ladang ibadahku hingga pensiun, saya berusaha untuk tidak menyesalinya. Dengan bangga saya tuliskan di dada " saya guru".