Rabu, 16 September 2015

Kriteria Hewan Qurban yang Baik

Kriteria hewan kurban ada dua:
  1. Kriteria keabsahan, yaitu semua sifat yang ada pada hewan, sehingga bernilai sah jika digunakan untuk berkurban.
  2. Kriteria sunah, artinya beberapa sifat hewan yang dianjurkan untuk mendapatkan keutamaan yang lebih dibanding hewan lainnya dalam pelaksanaan ibadah kurban.
Diantara kriteria keabsahan hewan kurban adalah
pertama, hewan tersebut dimiliki dengan cara kepemilikan yang halal. Sehingga tidak sah berkurban dengan binatang hasil merampas, hewan curian, atau dimiliki dengan akad yang haram, atau dibeli dengan uang yang murni haram, seperti riba. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima kecuali yang baik…” (HR. Muslim)
kedua, jenis hewan kurban yang sesuai dengan ketentuan syariat.
Hewan yang boleh untuk kurban adalah dari jenis bahimatul an’am, yang meliputi: unta, sapi, kambing, dan domba. Allah berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ الله عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الأَنْعَامِ
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka…(QS. Al Haj: 34)
Imam An-Nawawi menyebutkan adanya kesepakatan ulama bahwa kurban tidak sah kecuali dari jenis unta, sapi, dan kambing. (Syarh Shahih Muslim, karya An-Nawawi).
ketiga, hewan kurban memiliki usia minimal yang telah ditetapkan
Usia minimal hewan kurban agar bisa digunakan untuk berkurban adalah sebagai berikut:
no. Jenis hewan Usia minimal
-1. Domba Genap 6 bulan, masuk bulan ketujuh
-2. Kambing Genap 1 tahun, masuk tahun kedua
-3. Sapi Genap 2 tahun, masuk tahun ketiga
-4. Unta Genap 5 tahun, masuk tahun keenam
Tabel di atas sesuai dengan hadis riwayat Muslim.
Dalil lainnya, hadis dari Mujasyi’ bin mas’ud radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya domba usia 6 bulan nilainya sama dengan kambing usia 1 tahun.” (HR. Abu daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan dishahihkan Al-Albani).
keempat, bersih dari cacat yang menyebabkan tidak sah untuk dijadikan hewan kurban.
Ada empat cacat hewan yang menyebabkan tidak sah untuk dijadikan hewan kurban: buta sebelah matanya dan jelas butanya, sakit dan jelas sakitnya, pincang dan jelas pincangnya, dan sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.
Dari Al Barra’ bin Azib radliallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sambil berisyarat dengan tangannya demikian (empat jari terbuka): “Ada empat cacat yang tidak boleh dalam hewan Kurban: buta sebelah matanya dan jelas butanya, sakit dan jelas sakitnya, pincang dan jelas pincangnya, dan sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.” Al Barra’ mengatakan, “Apapun ciri binatang yang tidak kamu sukai maka tinggalkanlah dan jangan haramkan untuk orang lain. (HR. An-Nasa’i, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
kelima, jika pengadaan hewan kurban dari hasil urunan, maka peserta urunan tidak boleh melebihi batas maksimal. Untuk sapi maksimal 7 orang, dan Unta maksimal 10 orang. Sedangkan untuk kambing, tidak boleh ada urunan.
Sementara kriteria sunah pada hewan kurban, antara lain domba jantan bertanduk, warna putih bercampur hitam di sekitar matanya dan kaki-kakinya. Inilah ciri-ciri kambing yang disukai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia gunakan untuk berkurban.
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta domba bertanduk, menginjak sesuatu yang hitam, duduk di atas yang hitam, dan melilhat dengan sesuatu yang hitam. Kemudian beliau diberi hewan dengan ciri tersebut dan beliau gunakan untuk berqurban. (HR. Muslim).
keterangan: maksud “menginjak sesuatu yang hitam, duduk di atas yang hitam, dan melilhat dengan sesuatu yang hitam” : kaki-kaki, sekitar mata, dan perutnya berwarna hitam.
Dari ‘Aisyah dan Abu Hurairah radliallahu ‘anhuma, bahwa suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin berkurban, kemudian membeli dua ekor domba yang besar, gemuk, bertanduk, berwarna putih bercampur hitam, dan dikebiri. Kemudian ia menyembelihnya…(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan Al- Albani).
Sumber : http://www.konsultasisyariah.com/kriteria-hewan-kurban/

Minggu, 10 Mei 2015

MUNGKINKAH TIKUS DI RUMAHKU MENGALAMI RESISTENSI?



                Belakangan ini orang serumah dibikin sebel oleh kehadiran tikus di rumah. Anakku yang paling kecil jadi tidak berani ke dapur untuk ngambil piring, takut berpapasan dengan hewan pengerat itu. Istriku juga jadi malas cuci piring karena khawatir tiba-tiba si Mickey melompat di depannya dan membuat dia menjerit histeris. Anakku yang lak-laki juga merasa nggak nyaman di ruang belakang karena kehadiran tikus menjijikkan itu.
                Seisi rumah pokoknya terganggu dengan kehadiran tikus-tikus nakal itu. Termasuk juga aku, merasa terganggu dengan invasi tikus-tikus sialan itu. Tikus-tikus itu kian hari kian menyebalkan. Pernah, tempe goreng di atas kulkas dihabiskannya tanpa sisa. Juga keranjang sampah digerogoti hingga bolong-bolong. Dan yang paling bikin kesal adalah kabel mesin cuci digigit kabelnya hingga terpotong-potong, dan jadi nggak bisa dinyalakan. Hari-hari terakhir ini tikus-tikus usil itu suka keluyuran di sekitar kompor dan kerap menjatuhkan wajan dan panci sehingga bikin kaget.
                Aku tidak tahu lewat mana tikus-tikus itu masuk ke rumah. Yang pasti tikus-tikus itu turun dari loteng melewati tangga, tanpa kuketahui lewat mana jalan masuknya. Sebenarnya, aku sudah sering berusaha untuk menumpas tikus-tikus itu, misalnya dengan cara meracunnya. Dulu, setiap selesai meracun tikus beberapa hari kemudian pasti akan tercium bau bangkai tikus yang mati. Tapi, sekarang ini aku hampir putus asa menempuh jalan menggunakan racun tikus. Sudah hampir sebulan lebih usaha memberantas tikus di rumah menggunakan racun tidak membuahkan hasil. Berbagai merek racun tikus aku coba ternyata hasilnya nihil. Tikus-tikus itu tetap sehal wal afiat dan tidak ada yang terganggu kesehatannya. Jangan-jangan tikus-tikus itu punya ilmu kebal.
                Sering muncul pertanyaan, apakah tikus-tikus di rumahku telah mengalami resistensi (kebal) terhadap racun mirip dengan hama? Sebagai guru biologi, pernah mengajarkan kepada murid di kelas bahwa penggunaan insektisida dapat menyebabkan resistensi pada hama. Apa hal sama telah terjadi dengan tikus-tikus yang ada di rumahku. Tikus-tikus itu telah menjadi resisten terhadap racun-racun tikus yang kugunakan selama ini. Tikus-tikus itu telah kebal dengan dosis racun tikus yang kugunakan selama ini.
                Entahlah, mana yang benar mengenai penyebab kebalnya tikus-tikus dirumahku terhadap racun tikus. Resistensi terhadap racun tikus atau racun tikusnya palsu, sehingga tidak ampuh membunuh tikus-tikus itu. Sampai tulisan ini dibuat aku masih menunggu reaksi racun tikus terakhir yang aku suguhkan pada tikus-tikus itu, yang buatan cina, karena tidak ada teks bahasa Indonesianya. Bentuk racunnya mirip butiran beras berwarna merah muda. Mudah-mudahan racun itu segera mengakhiri gangguan hewan pengerat menjijikkan itu dirumahku.
                Jika ditanya mengapa tidak mencoba cara lain untuk mengusir tikus-tikus itu, misalnya menggunakan jebakan, lem, atau pengusir elektrik. Entahlah, hingga saat ini tidak ada keinginan untuk mencoba cara lain selain menggunakan racun tikus.
                Akhirnya, sebuah hikmah yang harus aku ambil dari tikus-tikus itu adalah “bila Allah SWT belum berkenan mengambil nyawa makhluknya bagaimanapun usaha makhluk hidup lain berupaya untuk mengakhiri hidup makhluk hidup lainnya maka usaha itu akan sia-sia. Kapan matinya makhluk Allah SWT itu rahasia Allah SWT, tak ada satu makhluk pun yang tahu”.