Teknologi tumbuh
bersama perjalanan waktu. Dua puluh lima tahun silam, saat penulis masih kuliah
teknologi informasi masih sangat bersahaja, dan sumber informasi ilmiah hanya
bisa diperoleh secara maksimal lewat buku diktat, jurnal, majalah, dan koran.
Tapi, kini hadir sumber informasi ilmiah baru yang dapat kita hadirkan di mana
saja kita berada tanpa harus kehadiran benda fisik yang bertumpuk-tumpuk.
Sumber informasi itu bernama internet.
Internet kini telah menjadi
kebutuhan primer baru setelah sandang, pangan, dan papan. Internet telah
menjelma menjadi piranti yang mampu melayani hampir semua kebutuhan hidup
manusia. Pesan tiket kereta api, transfer uang, beli barang, daftar kerja,
pendaftaran siswa baru, pendaftaran mahasiswa baru, bayar listrik, mengirim
surat, komunikasi jarak jauh, melihat berita, nonton televisi, mencari
referensi tulisan, dan banyak kegiatan lain yang mampu dilakukan lewat
internet.
Dalam dunia pendidikan, keberadaan
internet telah melayani banyak keperluan. Termasuk kebutuhan siswa-siswa kita
mencari rujukan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam dunia internet, ada
mesin pencari (search engine) yang
sangat akrab dikalangan siswa, bahkan menjadi andalan dalam mengerjakan
berbagai tugas sekolah, yakni Google. Sebenarnya banyak mesin pencari yang
lain, seperti Yahoo, Bing, Ask, dan banyak lagi, namun yang paling akrab di
kalangan pelajar adalah Google, atau orang sering menyebutnya dengan mbah
Google.
Google selama ini menjadi sumber
informasi yang paling baik bagi pelajar. Google selalu bisa menjawab apa saja
yang ditanyakan pelajar. Bila kita sebagai guru memberi tugas karya tulis
tentang apa saja kepada siswa kita, bisa ditebak sebagian besar karya tulis
mereka berasal dari copy paste
materi-materi yang dicari lewat mbah Google. Fenomena tugas copy paste, tumbuh dalam dunia
pendidikan kita. Lalu, apakah fenomena ini menggembirakan karena siswa kita melek internet, atau justru menyedihkan
karena mereka menjadi tidak kreatif dengan hanya menyalin tugasnya dari
internet tanpa ada proses berpikir.
Perkembangan teknologi akan terus
berjalan, dan tidak mungkin terbendung. Menjadi bijak dalam memanfatkan
teknologi adalah keharusan. Jangan sampai kehadiran teknologi justru membuat
cara berpikir kita terpasung dan kian tidak kreatif. Jika ada seorang dosen
mewajibkan mahasiswanya mengerjakan
tugas dengan ketentuan harus ditulis tangan jangan langsung divonis dosen
jadul, gaptek,atau dengan sebutan lain yang memiliki arti yang sama. Bisa sang
dosen punya maksud yang baik, yakni agar mahasiswanya tidak menjadi mahasiswa
malas, hanya bisa copy paste
pekerjaan temannya. Kalau ada juga guru yang seperti itu, juga jangan disindir
dengan julukan sejenis dengan dosen tadi.
Pemanfaatan perkembangan teknologi
informasi dalam kegiatan pembelajaran harus dilihat sebagai kebutuhan. Namun,
kehadiran teknologi meski membawa banyak manfaat akan muncul sisi-sisi negatif
yang bila tidak diantisipasi akan sangat merugikan. Memang belum ada studi
mengenai pengaruh internet sebagai sebuah produk teknologi terhadap kreativitas
siswa. Jika memang kreativitas siswa menjadi rendah akibat keberadaan internet,
maka jangan langsung memutuskan untuk tidak lagi menggunakan internet sebagai
sumber belajar.
Kreativitas guru mutlak diperlukan
untuk menciptakan jenis kegiatan atau tugas yang meminimalisir kesempatan siswa
hanya sekedar menyalin dari internet dalam menyelesaikan tugasnya. Jadikanlah
internet sebagai referensi dalam menyelesaikan tugas, bukan sebagai sumber
jiplakan tugas yang hanya butuh waktu beberapa menit untuk mengunduhnya, lalu
mengeditnya, jadilah tugas mereka.
Sikap mengkambinghitamkan teknologi
informasi sebagai penyebab tidak kreatifnya siswa kita perlu dihilangkan. Bila
kemajuan teknologi selalu disikapi dengan apriori padahal kemajuan teknologi banyak
membantu pekerjaan manusia, akibatnya kita akan semakin ketinggalan dari bangsa
lain. Jadikanlah kemajuan teknologi sebagai sarana meningkatkan kualitas
pendidikan. Ibarat sebuah pisau, bisa menjadi barang yang sangat berguna untuk
memotong sesuatu, namun dapat juga menjadi senjata pembunuh untuk alat
kejahatan. Demikinan juga dengan internet, bisa juga memberikan ekses negatif,
namun banyak juga manfaat yang bisa diambil terutama untuk membantu kegiatan
pembelajaran di kelas.
Mengakhiri
tulisan ini, penulis berkesimpulan bahwa siswa-siswa kreatif akan tumbuh dari suasana
belajar yang menumbuhkan jiwa kreatif. Tugas guru adalah menciptakan suasana
belajar kreatif itu. Kreativitas siswa bisa ditumbuhkan melalui fasilitas apa
saja, termasuk keberadaan teknologi internet. (Wahyudi Oetomo)